Thursday, March 8, 2018

Ciplukan Terbukti Sembuhkan Pasien Scleroderma



Ciplukan Sembuhkan Pasien Scleroderma
Ciplukan memiliki banyak khasiat salah satunya mengobati scleroderma.



Membaca artikel berjudul Sumatini Dewi Raih Gelar Doktor Berkat Ciplukan yang dishare melalui Grup WA Kagama Lampung, saya langsung tertarik. Apalagi artikel ini sudah diterbitkan di media online jawapost.com pada 17 Juli 2017, artinya artikel ini bukan hoax karena diterbitkan oleh media resmi dan memiliki nara sumber yang jelas.

Kisahnya sangat menarik, tentang konsultan reumatologi RS dr Hasan Sadikin, Bandung, Sumartini Dewi yang berhasil meneliti khasiat ciplukan dalam penyembuhan sceloderma. Dosen FK Universitas Padjadjaran ini mulai melakukan penelitian tentang ciplukan sejak 2015.

Dia terinspirasi dari kesembuhan pasiennya yang menderita sceloderma padahal saat itu kondisi pasien sudah sangat drop. Sceloderma sudah menyerang paru-paru pasien yang sedang hamil tersebut sehingga sulit bernafas karena paru-paru tidak mengembang.

Scleroderma merupakan kelainan sistem imun atau kekebalan tubuh. Kulit penderita  scleroderma cenderung mengeras, ujung jari juga akan mengalami luka karena pembuluh darah menyempit. Jika menyerang paru-paru, jantung, ginjal, dan saluran pencernaan maka dapat berdampak fatal.

Sumartini  menyarankan pasien untuk melakukan kemoterapi, tapi pasien menolak karena secara ekonomi tidak mampu. Akhirnya pasien yang sudah berbulan-bulan mengonsumsi obat kimia itu menyerah dan meminta pulang.

Akhirnya Sumartini pun angkat tangan dan menyetujui keinginan pasien untuk pulang, tapi dia menyarankan pasien untuk mengonsumsi air rebusan buah ciplukan, sebab dia pernah menonton sebuah hasil penelitian melalui you tube bahwa ciplukan mengandung zat yang mengurangi dampak kanker payudara.


Namun, karena kesulitan mendapatkan buah ciplukan, beberapa hari kemudian, pasien datang lagi ke klinik Sumartini  menanyakan apakah boleh merebus daun dan tangkai ciplukan.  "Saya sebenarnya sudah angkat tangan. Lalu, saya perbolehkan pasien itu mengonsumsi daun dan batang ciplukan juga,” tutur istri Soerachman Dwiwaloejo ini.

Tiga bulan berlalu, pasien tidak pernah datang lagi, Sumartini sempat berpikir pasien sudah meninggal dunia. Namun, beberapa hari kemudian, pasien datang ke kliniknya dengan kondisi yang semakin membaik, kulit pasien yang semula kisut sudah segar dan berlemak.  Pasien juga menyatakan sudah tidak merasa sesak nafas lagi. ”Dalam tiga bulan, berat badannya naik 5 kilogram (kg). Bagi penyandang scleroderma, itu merupakan perkembangan bagus,” ujar Sumartini.

Peristiwa inilah yang kemudian menginspirasi Sumartini untuk melakukan penelitian tentang khasiat ciplukan bagi pasien scleroderma. Mulai 2015, dia mengambil sampel secara acak pada pasien yang berobat ke RS Cipto Mangunkusumo dan RS dr Hasan Sadikin.

Dia membagi pasien menjadi dua kelompok yaitu kelompok yang diberi 250 mg ekstrak ciplukan, diminum tiga kali sehari selama 12 minggu sebagai pendamping obat kimia metotreksat, dan kelompok yang tidak diberi ekstrak ciplukan hanya mengonsumsi metotreksat saja.

”Hasilnya (ekstrak ciplukan)  memperkuat metotreksat dan efek sampingnya sangat minim. Biasanya, kalau minum metotreksat, ada efek samping. Tapi, dengan minum ekstrak ciplukan, efek sampingnya tidak ada,” ujarnya.

Setelah beberapa bulan,  sekitar 20 pasien yang mengonsumsi ektrak ciplukan terlihat membaik. Bahkan, mereka yang sclerodermanya belum parah cenderung seperti orang sehat. Hasil penelitian ini mengantarkan Sumartini meraih gelar Doktor di FK Universitas Indonesia (UI) Rabu,  (12/7/2017). Kini, dia fokus mengurus hak kekayaan intelektual (HKI) atas hasil penelitiannya tersebut. Penelitian pun terus dikembangkan. Dia ingin mengembangkan pengobatan tersebut hingga seluruh Indonesia.  (R)




Blog ini tempat berbagi informasi dan inspirasi dari penulis


EmoticonEmoticon